“SAYA RASA, KITA LEBIH TAKUT
KEHILANGAN KEPERCAYAAN DARIPADA JABATAN.”
Demikian salah satu komentar Maruarar
Sirait ketika diwawancarai oleh media.
Aksi demo di istana istana merdeka dalam
menentang BBM dihadiri oleh oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar
Sirait.
Pernyataan Maruarar Sirait yang biasa akrab
dipanggil Ara ini kepada wartawan yang disaksikan oleh beberapa
demonstran menjadi penyemangat bagi pendemo dalam menantang kenaikkan
BBM bersusidi di Istana merdeka.Tetapi apakah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sebagai orang nomor satu di Indonesia ini akan merespon
dan mengubah keputusan yang sudah ada?
Bagaimana bila kalimat di atas diubah
menjadi:
“PEMERINTAH PRO KENAIKAN BBM
SEPERTINYA LEBIH TAKUT KEHILANGAN JABATAN DARIPADA KEHILANGAN
KEPERCAYAAN.”
Bila dilihat untuk sementara ini,
sepertinya kalimat di atas sangatlah tepat ditujukan kepada pemerintah
pro kenaikan BBM. Disaat pendemo mewakili seluruh lapisan masyarakat
menyuarakan suaranya untuk meminta pemerintah tidak menaikkan harga BBM
bersubsidi. Apakah yang dilakukan pemerintah yang pro terhadap kenaikkan
BBM itu?
Mungkinkah pemerintah sudah tidak peka dan
tidak bisa lagi mendengar suara-suara pendemo yang menantang kenaikan
BBM tersebut? Atau Mungkinkah pemerintah telah menutup rapat-rapat
telinga mereka dan memasang muka tebal serta hati mereka terhadap
jeritan-jeritan rakyat kecil menantang kenaikan BBM tersebut?
Sekali lagi pemerintah menunjukkan sikap
untuk sulit dipercaya oleh rakyatnya. Untuk apa menunjukkan diri di
negara luar sebagai pemerintah yang bijak dan baik tetapi di negara
sendiri tertolak dan tidak dipercaya.
Dari banyaknya orang yang duduk sebagai
kepercayaan rakyat di kursi yang empuk, gedung yang mewah, fasilitas
yang terjamin, serta mengklaim diri sebagai orang yang mengerti
kesejahteraan rakyat, hanya sebagian saja yang mengerti apa itu tugas
dan tanggung jawab. Lalu bagaimana dengan yang lainnya?Apakah hanya
mementingkan perut masing-masing?
Sungguh ironisnya bila pemerintahan
sekarang seperti itu.
Ditambah lagi disaat aksi demo mencapai
stasion gambir di mana polisi yang harusnya penjaga keamanan dan
pelindung itu harus tercoret kembali integritas mereka di mata wartawan
karena telah bertindak salah sasaran terhadap beberapa wartawan media
yang sedang meliput. Sehingga beberapa wartawan dipukul, penutup kamera
hilang, dan memori diambil, serta harus berlari menyelamatkan diri dari
aksi polisi yang bentrok dengan mahasiswa yang tergabung dalam
Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (KONAMI).
0 komentar:
Posting Komentar