Senin, 21 Juli 2008
Pak Lamhot Simanjuntak sempat termenung dan pening menghadapi penerimaan murid baru tahun ini. Betapa tidak, anak keduanya yang baru tamat SMP dan ingin mendaftar di salah satu sekolah swasta favorit di Kota Medan harus menyedikan uang paling sedikit Rp 3,2 juta. Kalau tidak, anaknya dianggap gugur atau tidak diterima di sekolah SMA Santo (St) Thomas yang beralamat di Jalan S Parman, Medan, walaupun sudah dinyataan lulus dalam tes masuk.
Uang sebesar itu untuk uang pembangunan Rp 1,5 juta, uang sekolah bulan Juli Rp 350 ribu, uang OSIS, bakal pakaian seragam, uang atribut, uang buku, uang sumbangan yang ditotal seluruhya Rp 3,2 juta.
Istrinya pun sempat mencoba menemui pihak sekolah untuk minta diberi waktu guna mengumpulkan uang sebanyak itu dengan cara meminjam uang kepada tetangga atau sanak famili. Maklum, suaminya hanya pedagang kecil di Pusat Pasar Medan. Lamhot Simanjuntak menyadari beratnya menyekolahkan anak ke St Thomas karena biaya ke sana cukup besar.
Itulah sebabnya ia juga mendaftarkan anaknya ke SMA Negeri 1 Medan yang jelas biaya sekolahnya relatif ringan. Tapi, karena jumlah NEM (nilai ebtanas murni--Red) anaknya sedang-sedang saja, hanya 29,5, sementara total NEM yang akan diterima di sekolah negeri itu termasuk tinggi, Lamhot Simanjuntak pun pesimistis anaknya diterima di SMAN 1. Dan memang anaknya tidak lulus sehingga dia pun mendaftarkan anaknya kembali ke SMA St Thomas setelah berhasil meminjam uang dari famili.